Yuk Jadi Agen Edukasi Kesehatan

Yuk Jadi Agen Edukasi Kesehatan

Yuk Jadi Agen Edukasi Kesehatan

Yuk Jadi Agen Edukasi Kesehatan, – Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Erlina Burhan mengatakan, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia semakin tinggi seiring dengan penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) yang dilakukan pemerintah.

Erlina menjelaskan, tingginya jumlah kasus itu disebabkan oleh minimnya agen edukasi di lingkungan masyarakat, sehingga pengetahuan mengenai bahaya dari COVID-19 tidak terinformasikan dengan baik.

Tinggi angka kasus yang terjadi hingga hari ini menunjukan bahwa pemerintah belum bisa mengendalikan pencegahan COVID-19

Ia menambahkan, tingginya jumlah kasus yang ada saat ini juga menunjukkan pemerintah belum bisa mengendalikan penyebaran virus itu. Jika dibandingkan dengan Tiongkok sebagai negara episentrum pertama, jumlah kasus di Indonesia saat ini telah melampaui di Negeri Tirai Bambu tersebut.

“Kita tahu penyebaran yang terbanyak risiko tinggi kan transportasi, tempat pariwisata tempat-tempat hiburan atau tempat-tempat nongkrong ya, kemudian perkantoran yang terakhir. Artinya ini kita lihat keramaian, kalau keramaian terjadi, kemungkinan terjadi transmisi (penularan) itu di situ,” ujarnya.

Protokol kesehatan harus dijalankan secara tegas saat adaptasi kebiasaan baru

Lebih jauh ia menegaskan, jika pemerintah ingin menyeimbangkan antara dimensi kesehatan. Dan ekonomi pada masa adaptasi kebiasaan baru, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah penerapan protokol kesehatan yang baik kepada seluruh masyarakat disertai dengan pemantauan ketat oleh penegak hukum.

“Jadi intinya protokol kesehatan itu wajib dilaksanakan. Ada pepatah mengatakan bahwa kalau ekonomi itu turun kita bisa menghidupkannya. Tapi kalau korban COVID-19 mati kita gak bisa ngidupinnya,” tuturnya.

Agen edukasi hanya dilakukan oleh media massa saja

Hal tersebut disampaikan dia dalam acara rilis survei yang digelar oleh Indikator Politik Indonesia dengan tema perubahan opini publik terhadap pandemik COVID-19 yang bergeser dari dimensi kesehatan ke ekonomi.

“Ini memang jadi masalah bahwa masyarakat itu tidak berperan aktif menjadi agen edukasi. Agen edukasi sekarang hanya dilakukan di media massa dan bahayanya (informasi) di media sosial yang selalu berseliweran. Saya gak bilang hoaks ya, tapi sekarang adanya disinformasi,” kata Erlina, Selasa.

Comments are closed.